Rabu, September 17, 2008

Lihat apa yg dikatakan, bukan siapa yg mengatakan

Mungkin salah satu sifat buruk kita adalah "ketika sudah tidak suka pada seseorang cenderung bersikap tidak obyekif pada orang tersebut", apalagi jika sikap seperti itu berbuntut pada emosi. Karena pada ahirnya menutup kemungkinan bagi kita dalam menerima dan menelaah apa yg menjadi pendapat orang lain. jangankan menelaahnya menerimanya pun mungkin tidak sempat. karena sudah didahului dengan emosi tadi.

Seperti segelintir orang yang kebetulan tidak sejalan/sependapat dengan KH. Abdurahman Wahid yang berujung pada sikap tidak suka pada beliau. Meskipun saya yakin ketidaksukaan itu sekedar ikut-ikutan saja.

Saya akui memang banyak pendapat dan kata-kata beliau yang kelihatannya salah (menurut kita) atau yang menurut sekelompok orang bertentangan dengan syariat islam. Namun haruskah disikapi dengan emosi?? Mungkin bagi yang tidak sejalan atau kebetulan tak suka sikap demikian adalah wajar tapi apakah Cuma sikap emosi saja? atau sekedar menjelek-jelekan beliau?. Menurut pendapat saya, sekali lagi bagi yang tidak suka pada KH. Abdurahman Wahid silahkan bereaksi tapi cobalah dengan santun yg mencirikan sikap dewasa dan bermoral. Tidak justru marah-marah apalagi menghujat. Karena sikap yang demikian itu justru mencerminkan diri kita sebagai pribadi yang tak berpendidikan dan tak bermoral.

Namun itulah yang akan terjadi bila seseoarang itu sudah dikuasai emosi dan tidak punya sifat bijaksana menghadapi persoalan. Akibatnya lebih sering terjadi tindakan sesaat tanpa berpikir panjang. Akhirnya kita tidak sempat lagi meneliti dan menelaah apa maksud yang terkandung dibalik ucapan Mantan Presiden RI ke-4 itu. Karena tidak mungkin orang besar seperti beliau itu mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang merugikan (Islam). Memang sekilas aneh, membingungkan dan tampak merugikan Islam. Tapi jika diteliti lebih mendalam maksud kata-kata beliau, pasti kebaikan yang akan didapatkan. Tapi sekali lagi kadang kita tidak sempat menelaah karena sudah emosi duluan.

Sebagai contoh sikap beliau yang menentang RUU tentang Pornoaksi dan Pornografi. Sekilas memang menunjukan bahwa Gusdur seperti anti Islam karena tidak setuju diterapkannya UU yang berdasarkan syariat Islam. Sikap beliau ini ditentang sekelompok orang yang seolah-olah tau benar tentang syariat Islam.

Menurut penelaahan saya, penolakan beliau itu paling tidak ada 2 alasan. PERTAMA, Beliau mengajarkan pada kita agar senantiasa Ikhlas, yaitu beramal karena Allah SWT. Andaikata RUU APP jadi diundangkan di Indonesia, mungkin para wanita Indonesia berjilbab bukan karena ikhlas, tapi karena melaksanakan UU Negara, Orang menutup aurat bukan lagi karena perintah Agama, melainkan karena perintah Negara. Lama kelamaan orang menjalankan Agama karena tunduk pada UU Negara bukan karena Allah. Selain itu mungkin akan terbentuk wacana (di luar Islam) bahwa Muslim Indonesia itu seperti anak-anak yang harus selalu dituntun oleh Negara.

KEDUA, disadari atau tidak ada kecenderungan pada diri kita melanggar aturan yang telah ditetapkan. Aturan yang sudah jelas dan langsung hukumannya saja gampang/sering kita langgar seperti peraturan lalu lintas, peraturan pelarangan buang sampah sembarangan, merokok di tempat umum dsb. Apalagi peraturan semacam RUU APP yang sanksinya belum jelas. Jika RUU ditetapkan, pertanyaan yang mungkin perlu dijawab adalah “sudah siapkan kita melaksanakan RUU itu?? Sementara ribuan peraturan yang sudah ada saja masih banyak yang belum sempat kita taati”. Jadi menurut saya, beliau menasehati kita agar konsisten, konsekuen dan berhati-hati dengan ucapan, pendapat kita.

Hal lain yang saya cermati mengenai Komentar-komentar miring terhadap KH. Abdurrahman Wahid berkenaan dengan Karikatur Rasulullah Saw.

Banyak komentar yang sifatnya menghujat beliau, karena menurut penilain mereka Gusdur tidak merasa sakit hati atas penodaan Islam dengan adanya Karikatur Rasulullah.

Jujur saja, saya mungkin orang yang telat mengetahui tentang adanya karikatur Nabi itu. Makanya saya telat pula bereaksi. Tapi setelah saya tau pun reaksi saya biasa saja. meskipun dalam hati panas, kenapa makin hari ulah orang-orang diluar islam makin menjadi-jadi. Tapi sekali lagi “panas” saya cukup dalam hati dan tidak sampai beraksi lebih. Karena saya menurut pendapat saya kasus seperti itu sudah ada sejak sebelum itu, mungkin krikatur Nabi sudah banyak dibuat hanya saja yang terkuka heboh adalah krikatur dari Denmark.

Menurut Pendapat saya pula, jika kita bereaksi berlebihan sperti yang dilakukan orang lain, mungkin sesungguhnya bukan karena Karikatur tersebut. Melainkan karena kita tau dan baru tau kasus yang terjadi. Andai kita tidak tau mungkinkah kita bereaksi seperti itu???.

Baru-baru ini, Presiden RI ke-4 jug mengeluarkan semacam”titah” kepada pendukungnya untuk mengepung KPUD se Indonesia. Perintah yang dianggap sebagian orang tak pantas dikeluarkan. Kontan saja statement itu mengundang berbagai reaksi. Bagi simpatisannya yang sejati pasti langsung melaksanakan titah tersebut dan bagi yang kebetulan kontra dengan Gusdur, bisa dipastikan akan bereaksi juga. Entah dengan komentar-komentarnya atau dengan aksi-aksi yang berlawanan dengan statement tersebut.

Namun tentu saja ada maksud lain di balik statement Gusdur tersebut. Beliau itu orang besar, banyak yang menganggap beliau sebagai Bapak/Guru Bangsa, sangat tidak mungkin apabila mengeluarkan pernyatan yang akan menjatuhkan nama besarnya. Mungkin bagi orang lain tindakan Gusdur itu dinilai ‘negatif’, tapi adakah yang tahu apa maksud dibalik ‘titah’ pengepungan kantor-kantor KPUD??. Mungkin jawabannya tidak ada yang tahu.

Mencermati perintah beliau kepada simpatisannya tersebut, saya mencoba menebak apa maksud perintah beliau tersebut. Tapi bukan berarti saya mengetahui, karena sekali lagi saya sekedar menebak.

Pertama, perintah beliau tersebut mungkin dimaksudkan untuk mengukur seberapa besar, seberapa banyak simpatisan beliau yang masih setia pada dirinya. Melalui reaksi masyarakat di berbagai daerah baik yang mendukung lalu melaksanakan perintah beliau maupun yang mengabaikannya, beliau dapat membandingkan dan mengetahui masih seberapa banyak masyarakat yang masih setia mendukung beliau. Entah dari kalangan NU, PKB atau masyarakat umum. Ibaratnya beliau itu melempar umpan dan menunggu reaksi dari umpan tersebut. Jadi menurut tebakan saya, bukan pernyatan/perintah pengepungan KPUD yang dimaksudkan melainkan reaksi apa yang akan terjadi. Apakah akan diikuti oleh pendukungnya atau diabaikan begitu saja. Dari situ tentu beliau akan mengambil langkah-langkah politik berikutnya.

Kedua, reaksi yang muncul setelah turunnya ‘titah’ beliau tersebut akan dijadikan perhitungan langkah politik beliau selanjutnya. Apakah beliau akan terus berambisi melaju menjadi RI-1 atau berhenti. Ataukah dia akan tetep bertahan di PKB atau meninggalkannya, atau memilih pindah kendaraan untuk melaju ke kursi kepresidenan. Reaksi masyarakat, entah dari NU, PKB atau lainnya, akan menjadi bahan pertimbangan bagi beliau utnuk menempatkan posisi bilau. Maju terus atau berhenti meraih kursi RI-1, tetap mengendarai PKB untuk melaju ke Kursi Presiden atau atau justru harus segera cari kendaran lain, atau untuk memutuskan langkah-langkah lainnya.

Gusdur itu sangat lihai dalam mengatur strategi berpolitik dengan tetap menghormati hukum. Beliau juga, meskipun berambisi ingin menjadi Presiden tetap perhatian terhadap kondisi bangsa ini. Mungkin bagi kita orang kecil yang tak tau menau urusan orang besar hanya dan hanya terima informasi dari media, akan beranggapan bahwa Gusdur tak pernah bertindak apa-apa untuk bangsa. Tapi marilah kita sebagai bangsa, jangan asal menilai dan mem’vonis negative pada orang lain apalagi menghujat dan menyebar fitnah.

Dalam menilai seseorang atau tidak suka pada seseornag, marilah kita menggunakan pendekatan yang bijaksana. Cobalah cari tau lebih dahulu informasi tentang orang tersebut, entah kebaikannya dan juga kburukannya, kelebihannya dan kekurangannya. Tidak boleh hanya kekurangannya saja. Setelah tau silahkan bandingkan mana yang lebih besar sisi kelebihannya atau kekurangannya. Mana yang lebih besar, kesuksesannya dalam memimpin menyelesaikan persoalan bangsa atau sebaliknya. Jika semua itu sudah didapat silahkan putuskan sikap. Namun demikian informasi yang kita jadikan dasar haruslah akurat dan tentunya bukan informasi sepihak. Dan mari kita tetap berpegang pada asas PRADUGA TAK BERSALAH dan jangan sekali-kali sekedar ikut-ikutan.

Ingat ini sekedar Katague……….

Senin, September 15, 2008

Bener kamu benar??

Bukan karena merasa benar lalu menyalahkan. Bukan karena dinilai salah lalu disalahkan. Bukan pula karena lebih banyak yang bilang benar lalu dibenarkan atau bukan karena minoritas kemudian dianggap yang selalu salah. Dan sungguh bukan oleh kelompok, benar dan salah itu dibuat. Maka diingatlah bahwa nilai adalah nilai. Kebenaran dan kesalahan hanyalah symbol dari dua nilai yang bersebrangan. Kebenaran hakiki hanya pada-Nya yang tahu, maka pelajarilah tanda-tanda kebenran agar bisa lebih dekat dengan yang hakiki itu. Sesungguhnya kebenaran dan keadilan sangat dekat keberadaanya. (GoesMasMus)

Kamis, September 11, 2008

Pemberi dan dermawan

Andai engakau berniat memberi maka berikanlah apa yang sanggup engkau berikan dari bagian yang sebaik-baiknya. Berfikirlah dan berusahalah untuk memberi dan bukan selalu sebaliknya. Lalu, andai engkau termasuk orang yang dermawan, dermakanlah apa saja dari dirimu tanpa didasari atas hitungan dan atau keuntungan dibelakangnya. Bukan untuk atau karena baju yang engkau sandang melainkan hati dan keikhlasan. Dan andainya engakau bisa mencintai maka cintailah siapa-siapa yang dibenci agar kepadanya engkau bisa memberi dan berderma. (GoesMasMus)

Nilai

Nilai adalah nilai bukan pada apa yang dikatakan atau dibentuk oleh orang atau sekelompok orang. Nilai merupakan hal yang hakiki dan tak bisa diubah oleh siapapun. Apa yang dilakukan manusia hanyalah pemberian symbol atau sekedar pemaksaan wujud dari sebuah nilai. Nilai itu abstrak karena itu untuk dapat mengukur atau dibaca oleh manusia maka diwujudkanlah nilai-nialai tersebut ke dalam suatu simbol-simbol. Enatah itu angka, norma, aturan atau lain sebagainya. Nilai tidak akan pernah berubah sekalipun symbol yang ditetapkan sebagai perwujudan suatu nilai itu berubah atau telah berubah. Mungkin perubahan itu terjadi karena perubahan penalaran manusia terhadap symbol yang ada atau mungkin symbol tersebut dianggap sudah tak sesuai lagi dengan nalar manusia. Atau hal lain yang mungkin adalah karena keinginan sekelompok orang. (GoesMasMus)