Jumat, September 30, 2011

kebahagian....
kesedihan....
bukanlah sesaat
melainkan perjalanan
...
benarkah ia bahagia
ataukah sebaliknya
bukanlah sekarang dinilianya
...
keduanya adalah kesimpulan
yang akan ada di bagian akhir perjalanan
...
sekarang hanyalah luapan emosi
kadang senang kadang susah
kadang bahagia kadang sedih
...
sejatinya akan tercermin saat telah sampai
sampai dipenghujung perjalanan
tatkala disimpulkan
oh...
ternyata dia begitu bahagia
atau
justru sebaliknya
....

Rabu, September 21, 2011

kalau ada daun yang terjatuh dari pohon
itu adalah sebagian dari kehendak Tuhan
tapi kalao anda jatuh dari pohon
itu adalah tanda kecerobohan anda

dedaunan yang jatuh,
oleh hembusan angin ia mendapati tempat yang berbeda.
ada yang jatuh di tempat bersih
dan ada yang terperangkap ke tempat kotor.

dan adakah diantara sesama yang patut dan berhak
men-judge negative dedaunan
yang terperankap di tempat kotor itu??

atau pantaskah berbangga dengan gemercik conkak
karena dirinya mendapati tempat yang bersih,
bukankah oleh hembusan angin itu
dedaunan mendapati tempatnya.

sesungguhnya bersih dan kotor adalah tercipta.

Jumat, Februari 25, 2011

Sang Bijak

satu mulut agar kita bisa konsisten dengan perkataan.
dua mata agar kita tidak melihat persoalaan hanya dari satu sudut pandang saja.
dua telinga agar kita tahu ada banyak pendapat disekeliling kita.
dua tangan agar kita pandai-pandai bekerjasama
dan dua kaki agar kita tahu tak ada yang bisa berdiri sendiri.

sekedar Upload

Tugas Kepemimpinan

Dosen : Dr. Tamrin Lanori, S.E., M.Si

Tugas I

Tipe kepemimpinan yang saya inginkan dan harapkan:

Bagi saya dalam kepemimpinan (leadership) harus memiliki empat unsur:

  1. Demokrasi
  2. Bijaksana
  3. Intuitif
  4. Inovatif

Demokrasi sangat penting keberadaanya dalam kehidupan berkelompok. Tingkah laku antar pihak dalam kelompok harus mencerminkan sikap demokratis agar bisa tercapai kehidupan yang saling menghargai satu sama lain. Watak utama dalam demokrasi adalah “mempersilahkan” yaitu mempersilahkan orang untuk bersuara dan bertindak apapun dengan tetap mempersilahakan pihak lain untuk tidak tersinggung dan terganggu. Demokrasipun menjamin kebebasan berpendapat dan bertindak dengan tetap memperhatikan dan menghargai hak-hak pihak lain.

Kondisi yang demokratis semacam itu mungkin hanya bisa diterapkan oleh pihak-pihak yang berjiwa bijaksana, yaitu orang-orang yang mengetahui apa yang harus diperbuat dan yang seharusnya tidak diperbuat, mengetahui kapan harus berbuat dan kapan harus diam (tidak berbuat). Sayangnya, sangat sulit menemukan orang yang semacam ini, karena sangat tidak mungkin ada seseorang yang bisa tahu secara sempurna apa dan kapan harus berbuat sesuatu. Namun demikian orang yang memiliki intusi yang tinggi setidaknya bisa mencari solusi dan mengetahui dari mana harus memulai solusi tersebut. Kemampuan intutif yang tinggi akan membuahkan solusi-solusi baru dalam berbagai persoalan. Yang pada akhirnya tak ada permasalahan yang tidak dapat dipecahkan.

Bagi seorang pemimpin kemampuan memecahkan persoalan adalah hal yang mutlak dan penting diperlukan. Pemimpin juga memahami kapan dan bagaimana menentukan kebijakan dengan tetap memperhatikan dan mempertimbangkan kehendak orang-orang yang dipimpinnya. Dan tipe kepemimpinan seperti inilah yang saya dambakan dan inginkan.

Tugas II

Perbedaan antara definisi dan hakekat manajemen menurut Koontz dan O’Donnel.

Definisi Manajemen menurut Koontz dan O’Donnel:

Suatu proses atau bentuk kegiatan yang didalamnya terdapat kegiatan memberi bimbingan dan pengarahan terhadap sekelompok orang-orang untuk mencapai tujuan organisasi.

Sementara hakikat dari manajemen menurut mereka :

Memanfaatkan dan menggerakan manusia untuk mencapai tujuan tertentu.

Dengan melihat kedua hal diatas (definisi dan hakikat) maka dapat ditilik perbedaanya, dimana definisi manajemen lebih menekankan pada proses berjalannya manajamen yang bersifat mengajak tanpa menitik-beratkan pada hasil pencapaian tujuan. Selama proses/kegiatan manajemen berjalan maka sudah dianggap telah me-menej suatu organisasi.

Sementara hakikat manajemen menitik beratkan pada keberhasilan pencapaian tujuan. Apabila seseorang mampu menggerakan orang lain untuk melaksanakan dan berhasil mencapai tujuan maka pada hakikatnya dia telah mampu memenej orang tersebut.

Tugas III

Dalam pencapaian target, seorang pemimpin perlu bersikap:

a. Otorita

Dalam berorganisasi tidak jarang ditemukan persoalan dimana ada pihak-pihak yang tak sejalan/sependapat dengan pihak-pihak lainnya. Pemimpin tentunya harus mampu bersikap bijak dalam menghadapi persoalan semacam ini. Manakala perbedaan itu masih bisa ditoleransi mungkin tidak jadi terlalu menghawatirkan tetapi manakala perbedaan itu sudah mengarah pada kemunduran dan kehancuran organisasi maka seorang pemimpin perlu mengambil tindakan tegas. Bahkan sikap otoriter perlu diambil demi menjaga stabilitas dan keberlangsungan organisasi.

Otoriter bukanlah untuk menjaga/mengamankan posisi pemimpin atau sebagian orang melainkan untuk menjaga dan mengamankan keberlangsungan organisasi secara umum.

b. Inisiatif

Seorang pemimpin tidak boleh menunggu dan menunggu. Menunggu diberi nasehat, menunggu menerima kritikan, menunggu ditegor dan sebaginya melainkan harus cepat mengambil inisiatif dalam berbagai hal terutama untuk kemajuan dan keberlangusngan organisasi. Inisiatif tidak selamanya dari dalam diri pemimpin itu sendiri tetapi bisa juga berinisiatif meminta pendapat arahan dari pihak lain atau berinisiatif mencari refrensi dari pihak lain.

c. Konsisten

“Sabdho pandito Ratu tan keno wolak walik”, itulah sepenggal pribahasa yang mengisyaratkan bahwa sang pemimpin harus konsisten dengan kebijakan/keputusan yang telah diambil, konsisten dengan apa-apa yang telah diucapkan dan diperbuat. Karena dari situlah orang akan menilai pemimpinnya, dari situlah orang menjadi bersimpati dengan sikapnya. Sikap konsisten mencerminkan diri seseorang yang mengikuti/menjalani perkataannya sendiri sebaliknya inkonsisten menunjukan orang yang ingkar terhadap ucapan dirinya sendiri. Jika pemimpin sudah tidak konsisten bagaimana orang lain mengikuti sementara dirinya tidak mengikuti apa-apa yang telah menjadi kebijakan.

d. Bertanggung jawab

Hal yang terberat menjadi seorang pemimpin adalah tanggung jawab, yaitu bertanggung jawab terhadap apa-apa yang dipimpinnya. Baik-buruk, salah-benar dan maju-mundurnya organisasi menjadi tanggung jawab pemimpin. Untuk itu, seorang pemimpin harus memiliki kemampuan besar agar mampu memimpin organisasi secara baik dan benar serta tidak takut dalam menghadapi persoalan. Harus berani mengambil resiko dan bertanggungjawab.

e. Meyakini apa yang dikerjakan

Tak jarang seorang pemimpin itu menjadi panutan dan menjadi contoh/figur bagi orang-orang yang dipimpinnya. Mereka mencontoh dan mengikuti pimpinannya karena diyakini bahwa apa yang dikerjakan pemimpinnya adalah suatu kebenaran yang mendatangkan kebaikan. Dan sebelum orang-orang meyakini hal itu maka seorang pemimpin harus terlebih dulu meyakini apa yang dikerjakannya, yakin bahwa hal itu adalah benar dan bisa mendatangkan kebaikan dan keberhasilan bagi organisasi. Pemimpin tidak boleh ragu dengan langkah dan kebijakan yang diambil/dilaksanakan.

f. Berani mengambil keputusan

Seorang pemimpin pasti sering menjumpai pilihan-pilihan atau alternatif-alternatif kebijakan yang akan diambil. Hal itu sangat wajar apalagi dalam suasana demokrasi dimana akan muncul beberapa pendapat yang berlainan. Semua itu tidak akan menjadi sulit selama tidak ada pertentangan antar pilihan kebijakan/pendapat yang ada. Namun tatkala ada konflik antar pendapat maka disinilah perlunya seorang pemimpin mengambil keputusan dan mungkin keberanian ini akan dirasa otoriter. Hal ini sangat penting sebab tidak mungkin organisasi menjalankan kebijakan ganda dan saling bertentangan. Keberanian dalam mengambil keputusan adalah sikap yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin.

Kamis, Oktober 22, 2009

Satu Hakikat dalam Cinta

Jangan sesekali mengucapkan selamat tinggal jika kamu masih mau mencoba, Jangan sesekali menyerah jika kamu masih merasa sanggup, Jangan sesekali mengatakan kamu tidak mencintainya lagi jika kamu masih tidak dapat melupakannya

Cinta bukan mengajar kita lemah, tetapi membangkitkan kekuatan. Cinta bukan mengajar kita menghinakan diri, tetapi menghembuskan kegagahan. Cinta bukan melemahkan semangat, tetapi membangkitkan semangat 

Kamu tidak pernah tahu bila kamu akan jatuh cinta. namun apabila sampai saatnya itu, raihlah dengan kedua tanganmu,dan jangan biarkan dia pergi dengan sejuta rasa tanda tanya dihatinya

(debz beibz)

Hmmmzz........

Mungkinkah ilalang itu 'kan menemui takdirnya di masa selanjutnya??tatkala jatidirinya menjadi lebih berarti bagi yang lain. ataukah justru makin terpuruk termakan egoisme.
seandainya ada firasat meyakinkan akan datangnya cinta, entah dari siapa dan dari mana, mungkin tak perlu ada ke-gegabahan dalam beramal. tak perlu ada pilu dalam kalbu. namun rahasia Ilahi lebih menarik dari skenario apapun, sehingga tak satupun yang bisa menerka akan lanjutan garis-garis ditapak tangan seseorang, kecuali atas izin-Nya.
biarkan saja ilalang itu melanjutkan hidupnya, cukupkan saja sikap pada merenungi, karena setiap alam punya kehidupannya masing-masing. tak perlu terlalau asik dalam mengusik, karena desiaran angin yang menerpa akan lebih indah dirasa. dan begitulah seharusnya ilalang itu tampak. dengan alam dia berteman, dengan dirinya ia menjalani hidupnya, dan dengan sendirinya ia mengahiri sejarahnya.